BANYUWANGI, Responnews.net – Menjelang akhir perjalanan spiritual ke sejumlah situs sakral di Banyuwangi, rombongan Masyarakat Adat Nusantara (MATRA) Jawa Timur yang dipimpin oleh Ketua DPW, Kanjeng Pangeran Panji (KPP) Srie Soeputro Jowo Uja Ciptonagoro, atau yang akrab disapa Gus Billy, melakukan silaturahmi ke Pondok Pesantren Mansya’ul Huda di Tegaldlimo, pada Jum'at malam (18/7/2025) pukul 19.30 WIB.
Kunjungan ini merupakan bagian penting dari prosesi spiritual dalam menyambut bulan Suro, bulan penuh makna dalam tradisi budaya dan spiritualitas Nusantara. Sebanyak satu armada bus dan enam kendaraan pribadi mengiringi rombongan, menambah khidmat suasana pertemuan dengan KH. Fathulloh Suyuti Thoha, pengasuh ponpes setempat.
KH. Fathulloh Suyuti Thoha menyambut hangat kedatangan rombongan MATRA dan memanjatkan doa agar seluruh rangkaian perjalanan spiritual berjalan lancar, aman, dan mendapat ridho dari Allah SWT. Beliau juga memberikan restu khusus atas tujuan MATRA yang mengusung semangat pemersatu bangsa melalui pelestarian budaya dan spiritualitas lokal.
"Semoga seluruh perjalanan spiritual ini menjadi wasilah untuk memperkuat persatuan bangsa dan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT," ucap KH Suyuti, seraya menekankan pentingnya nilai spiritual sebagai fondasi kebangsaan.
Trip spiritual ini merupakan bagian dari program tahunan unggulan MATRA Jawa Timur dalam rangka nguri-uri (melestarikan) budaya leluhur. Destinasi utama yang akan dikunjungi antara lain Rowo Bayu dan Gua Istana di kawasan Alas Purwo – situs yang diyakini memiliki nilai historis, spiritual, dan mistis tinggi oleh masyarakat adat.
Dalam pernyataannya, Gus Billy, menegaskan bahwa kegiatan ini tidak sekadar ritual seremonial, tetapi juga sebagai bentuk konkret tanggung jawab generasi muda dalam menjaga warisan budaya dan spiritual bangsa.
"Kami datang bersilaturahmi kepada para sesepuh, ulama, dan tokoh adat untuk memohon restu, karena pelestarian budaya tidak bisa dilepaskan dari restu dan petunjuk spiritual," ujar Gus Billy.
Sebagai ketua termuda dalam tubuh MATRA nasional, Gus Billy mengajak generasi muda untuk aktif melestarikan adat dan budaya Nusantara yang telah diakui dunia. Menurutnya, pemuda harus menjadi ujung tombak dalam menjaga nilai-nilai luhur seperti gotong royong, sopan santun, dan toleransi, yang terkandung dalam warisan budaya bangsa.
"Pelestarian budaya bukan sekadar mengenang masa lalu, tapi membangun masa depan yang lebih berakar pada jati diri bangsa. Pemuda harus bangga menjadi pewaris budaya adiluhung ini," tegasnya.
Gus Billy juga mengajak pemuda Indonesia untuk berperan aktif melalui berbagai bentuk kontribusi, mulai dari terlibat dalam komunitas budaya, mendukung seniman lokal, hingga menggunakan media sosial untuk kampanye literasi budaya.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut, Romo Sukarji – seorang tokoh adat dari Suku Tengger Malang, yang menyampaikan apresiasi dan rasa terima kasih atas keterlibatannya dalam kegiatan MATRA. Ia memandang napak tilas ke situs-situs sakral, sebagai cara nyata untuk menjaga koneksi spiritual dengan leluhur.
"Kegiatan ini bukan hanya bentuk pelestarian budaya, tetapi juga ikhtiar spiritual untuk memohon keselamatan dan keberkahan. Ini adalah bentuk penghormatan kepada leluhur sekaligus memperkuat rasa kebangsaan," kata Romo Sukarji.
Ia menambahkan bahwa kolaborasi antara tokoh spiritual, ulama, dan adat seperti yang difasilitasi oleh MATRA merupakan wujud ideal dari sinergi bangsa yang berpijak pada akar budaya dan spiritualitas lokal.
Kegiatan napak tilas MATRA Jawa Timur ini sekaligus menjadi momentum penting untuk menghidupkan kembali nilai-nilai tradisi, spiritualitas, dan kebangsaan yang mulai tergerus zaman. Dengan melibatkan generasi muda, ulama, dan tokoh adat, MATRA menghadirkan semangat baru dalam gerakan pelestarian budaya sebagai upaya konkret memperkuat jati diri bangsa Indonesia di tengah arus globalisasi.
(rag)
0 Comments:
Posting Komentar